Aku nyesal Na, kupikir saat itu sakitnya biasa. Saatnya membalas perlakuannya yang meninggalkanku sejak kecil. Tapi ternyata itu percakapan terakhir kami. Sumpah aku nyesal.
Pernahkah kalian bermasalah dengan wanita yang melahirkan kalian? aku akan menceritakan kisah ini, kisah salah satu orang terdekatku, sahabat ketika zaman mondok dulu.
Aku mengenalnya sejak kami menjadi santri di sebuah pondok di kota Medan. Tidak terlalu akrab, yang kutahu ia adalah cucu angkat salah satu badan wakaf pesantren, Yangti dia memanggil sang nenek.
Di bidang pelajaran ia biasa saja, tapi soal urusan masak memasak aku mengaguminya, tepatnya selalu menyukai masakannya. Ya, aku dekat dengannya justru menjelang masa akhir mondok, tepatnya ketika duduk di kelas 5 KMI (kelas XI) sejak kami sekamar dan sama-sama menjadi pengurus pramuka.
Di kemudian hari aku baru tahu sebab ia tidak unggul karena ia merasa tidak memiliki impian dan motivasi semangat belajar. Karena kisahnya yang akan ku ceritakan ini.
Ia selalu mengatakan beruntungnya kami yang memiliki Ibu. Saat itu kupikir ibunya sudah meninggal sejak kecil. Perlahan ketika dekat, ia mulai membuka dirinya, seperti sebuah cerita sinetron. Terlalu berlebihan namun nyata.
Ditinggal Ibunda
Ibunya meninggalkan ia dan adiknya karena tidak tahan hidup dengan ayahnya. Ia dibawa ibunya pergi meninggalkan kampung halaman menuju kota Medan, saudara jauh, "mama pergi sebentar." Awalnya ia tidak mengerti. Lalu suatu hari ia memutuskan untuk lari dari pesantren kembali ke tanah kelahirannya, sayang tidak ada satupun informasi dimana keberadaan ibunya. Ia kemudian dengan sadar memahami ia ditinggalkan, dititipkan begitu saja layak nya seekor kucing tanpa pernah dijemput kembali.Maka, hiduplah ia dibawah pengasuhan pesantren. Sedangkan adiknya tetap bersama sang Ayah.
Setiap lihat aku bermanja pada Umi ketika mengunjungi ke pondok, ia memperhatikan, lalu kadang aku merasa bersalah. Aku yang terlahir sebagai bungsu tentu saja bersifat manja kepada siapa saja, apalagi dengan orangtua sendiri.
tapi,
manja bukan berarti tidak mandiri.
manja bukan berarti selalu dibawah ketek emak.
Namaku tidak pernah dipanggil di operator Na, karena tidak ada yang mendatangiku. Beruntung sebagian temanku berbaik hati mengajak setiap kali mudifah. Puncak kesedihanku kala wisuda pesantren, setiap orang berfoto dengan orangtuanya masing-masing. Yangti sakit saat itu tidak bisa merayakan kelulusan. Aku berbalik kalah dan menangis sendirian di rayon.
Ketika ia menceritakan ini, air mataku menetes. Bagaimana aku seorang yang menganggap diri peka tidak mengetahui kejadian itu. Oh, tentu saja saat itu aku sibuk bagaimana agar aku tidak bertemu dengan gebetan dan orangtuanya.
Tanpa mengetahui, salah satu temanku ternyata menangis karena tidak ada yang menghadiri dan merayakan kelulusan.
Tuhanku, maafkan aku.
Singkat cerita, selesai mondok, ia disekolahkan Yangti di bidang fisioterapi di salah satu rumah sakit di Medan. Pelatihan demi pelatihan ia jalani. Saat ada pelatihan di Solo ia bertekad bertemu ibunya.
Saking rindunya aku mencari nomornya Na, kupikir Solo-Bandung sudah sangat dekat. Allah SWT pun maha baik dan mengerti, aku mendapatkan kontaknya. Kami bertemu, tapi ia dan keluarga barunya tentu saja membuatku canggung. Paling tidak kerinduan itu terobati.
Sang Ayah berpulang
2010 hari yang berat baginya. Sang Ayah meninggal, walau tidak pernah lagi diurus sang ayah, tetap saja ia merasa kehilangan. Bahkan saat itu ia sedang bertugas di Padang, perjalanan darat yang memakan waktu tidak dapat menunggunya untuk hadir di pemakaman.Ohya, sahabatku ini menyukai kucing. Baginya kucing adalah keluarganya. Maka, suatu hari ketika ia kehilangan kucing, ia menangis dan mengumumkan di sosial media hingga mencari tak kenal lelah. Mungkin bagi yang tidak mengerti atau bukan pecinta kucing menganggap hal itu berlebihan. Syukurlah, kucing bernama Babam itu akhirnya pulang kembali.
Bertemu Teman Hidup
Hidupnya semakin berwarna ketika ia dekat dengan seorang lelaki, teman pondok kami. Ia menceritakan segala hal mengenai dirinya tanpa ada yang ditutupi. Alhamdulillah, Allah Ta'ala menjawab doanya, lelaki itu orang baik, akhirnya 2016 mereka menikah. Ketika setiap wanita ada saja cekcok dengan mertua, ia merasa bahwa ia akhirnya menemukan sosok ibu yang menyayangi nya sepenuh hati.Jika kalian tanya, apakah ibunya tahu mengenai pernikahannya? Jawabannya iya, bahkan beliau sangat senang. Tapi sang Ibu akhirnya membatalkan karena tidak ingin bertemu dengan keluarga mantan suaminya. Tentu saja teman ku tidak bisa memilih. Adik ayahnya jelas ia butuhkan sebagai wali pengganti ayahnya.
Bersua kembali
Aku kesal Na, kenapa dia yang meninggalkanku tetapi tetap tidak bahagia. Ia terserang stroke, harusnya kalau hubungan kami baik-baik saja, aku bisa mengurusinya. Aku seorang fisioterapis, Na. Semua orang bisa ku bantu, tetapi kenapa wanita itu tidak bisa.
Kami bertemu di satu pernikahan teman pondok, ketika aku mengadu hal kecil, "Umiku sakit, aku meninggalkan segalanya demi Umi, kadang hadir lelah" ia memelukku, mengatakan aku jangan mengeluh dan harus bersyukur karena dia tidak seberuntung aku. Hingga keluarlah kalimat di atas.
Kami tidak pernah bertemu lagi setelah itu karena ia sudah ikut suami yang ditugaskan di daerah Tapanuli. Selain susah menemukan sinyal ia juga jarang ke Medan kalau sang suami tidak mengambil cuti.
Menyimpan dendam hanya melahirkan penyesalan
Aku mungkin belum pernah menuliskan, bahwa Umiku seorang penderita stroke tiga tahun belakangan ini. Kemampuan berjalan dan bicaranya hilang. Selangkah dua langkah jika dituntun bisa. Begitupun sepatah dua patah kata seperti dalam video diatas. Layaknya kembali mengajari anak kecil yang mulai belajar berbicara.
Beruntungnya lah si Una ini
Itu isi komentarnya. Aku membalasnya, "Alhamdulillah" kami bercerita panjang lebar, begitupun dirinya. Aku menangis, walau kami chat tidak dapat mendengar suara, aku yakin ia sama meweknya denganku.
Gantian ia bercerita, keluarlah segala uneg-uneg nya, penyesalannya karena mengabaikan ibunya.
Ia merasa karma itu berjalan. Ketika sang ibu menelpon dengan satu dua kata seperti Umi, ia mengabaikan. Mengatakan ini yang harus kulakukan. Tidak perlu mendatanginya. Jujur, dulu aku sering berkata, "aku memang tidak pernah merasakan apa yang kau rasa. Tapi, maafkanlah, bagaimanapun juga ia adalah orang yang melahirkan mu.
Dulu ia tidak pernah mendengarkan. Ya, sekali lagi entah tertutup kebencian, rasa tertolak sekian tahun membuat egonya menang. Sekalipun ia tidak pernah mengunjungi lagi. Bahkan ketika ia mengirimkan uang untuk sang ibunda, ia merasa jumawa. Lalu marah kemana saja saat ia butuh dan terpuruk.
Hingga akhirnya sang Ibu yang berulang kali terserang stroke dipanggil Allah Ta'ala Agustus 2018 lalu. Seketika penyesalan itu hadir.
Mengapa tidak menurunkan ego.
Mengapa tidak mendatangi ibu.
Mengapa dan mengapa lainnya.
Akhirnya ketika kemarin kami kembali curhat panjang lebar, ia mengatakan
Aku tidak berniat balas dendam atau apapun. Aku hanya tidak terbiasa. Merasa hidupku selama ini baik-baik saja tanpanya. Lalu ketika aku mendengar suaminya mengatakan mama stroke karena tetap memikirkan anak-anak yang disia-siakannya. Maka aku menyesal sangat menyesal kenapa tidak menuruti permintaannya untuk menemuinya. Andai aku hadir saat itu mungkin penyesalan ini tidak begitu menghantui.
Maafkanlah
Memelihara dendam hanya akan melahirkan penyesalan. Maka, hilangkan, maafkan. Contohlah Nabi yang selalu dizolimi bahkan paman kandungnya sendiri, tapi ia bersabar dan memilih mendokan.
Tidaklah Allah SWT memberikan kepada orang yang mudah memberi maaf kecuali kemuliaan. (HR Muslim)
Siapapun orang yang menyakiti,
Seberapa besar kita disakiti,
Tugas kita hanya satu, maafkan.
Apalagi orang yang telah melahirkan kita, yang pernah membawa kita selama sembilan bulan di perutnya hingga berjuang melahirkan kita.
Ambilah pelajaran dari temanku. Jika mengetahui kisahnya, mungkin sifat Almarhumah ibundanya dahulu pantas dibenci. Tapi fitrah kita sebagai anak tetap akan merasa menyesal karena tak memaafkan sejak dulu. Kehilangan walau tak pernah mendapat kasih sayangnya.
20 Komentar
Cerita yang inspiratif banget mbak. Semoga kedepannya teman mbak itu bisa menjalani hidup tanpa beban.
BalasHapusIyaa mbakk, temenku itu orangnya termasuk kuat, mungkin kalau aku jadi dia gak bakalan kuat.. terimakasih mbak Eny sudah mampir kesini 😍
HapusBetul.
BalasHapusTugas kita hanya berbakti, sedangkan sifat dan sikap org tua kita yg kita rasa kurang baik, biarlah itu urusan beliau dengan Allah.
Tapi, ngomong memang lbh mudah drpd bertindak.
Kesal terkadang ada aja, hanya bisa bersegera beristighfar.. 😔
Iya ngomong gampang kalau kita gak berada di sisi yg merasakan... Dulu aku sering bilang gitu walau gak mau maksa, tapi akhirnya keputusan tetap di tangan yang mengalami
HapusHuhu, selalu sedih kl baca cerita tentang hubungan ibu dan anak. Saya juga merasakan kuraang berbakti sm almarhumah mamak. Mamak juga stroke dan yg beruntung merawat beliau dua adik perempuan kami. Sementara saya sdg ikut suami domisili di luar kota. Kl menurut kk, sebesar apapun misalnya kesalahan seorang ibu pada anaknya, masih belum sebanding dg pengorbanan darah, keringat dan air matanya saat melahirkan anak. Hiks hiks.
BalasHapusIya kak, tapi manusia biasa kan pasti suka sakit hati, tapi akhirnya dia nyesal setelah meninggal, artikel ini Una buat juga untuk siapa yang pernah merasa sakit hati karena ibu atau perlakuan tidak adil.. yang lebih baik dilakukan hanya memaafkan yekaan
HapusPernah dengar pertanyaan ke UAS juga, bagaimana berbakti kpd ibu yang meninggalkan kita?
BalasHapusKata UAS, apapun perlakuan emak kita tetap tak sebanding dengan pengorbanan saat melahirkan kita.
Iya pernah baca aku tuh scrensot pertanyaan ituu, makanya temenku itu berasa banget penyesalannya, karena sempat sakit hati sama almarhumah mamaknya
HapusKeren...
BalasHapusMakasihh sudah mampir bang
Hapuskeren kak. healing sendiri
BalasHapusIya dekkk
HapusHiks jadi ingat almhm mamak kakak na...yang masih diamanahi emak...bersyukurlah....pedih kali menahan rindu
BalasHapusGitu ya kaaa?
HapusMisal kita udah tua udah punya anak, kita bakal tetap merindukan yaa
Hikss, Alhamdulillah banget masih ada kedua ortu
Luka masa lalu. Memang sulit untuk dilupakan. Tapi jika kita bisa memenangkannya maka bahagia akan kita dapatkan. Hiks.. terharu una baca ceritanya.
BalasHapusIya bener banget kak, menyimpan penyakit hati itu sebenarnya bikin gak enak hati tapi berat juga lepaskannya
HapusMemaafkan merupakan suatu hal yang luar biasa. Sebab, tidak semua orang mudah memaafkan.
BalasHapusYaAllaj terharu. Selama ini banyak bgt ngeluh ini itu, pdhl diluar sana lbh banyak yg lbh sedih :(
BalasHapusSedih baca ceritanya. Mengampuni memang tidak mudah, namun selagi masih ada kesempatan lakukan saja karena kita tidak tahu apa akibat dari tidak mau mengampuni.
BalasHapusKisahnya bermakna sekali, secara manusiawi memang memaafkan itu sangat berat
BalasHapus